Buku SMA Athalia
Jakarta sejarah 400 tahun
Buku ini segera di cekal pemerintah orba ketika pertama kali terbit pada 1987. Orba tidak suka dengan cara Susan Blackburn (dulunya Susan Abeyasekere) mengkaji Jakarta. Susan dengan menelurusui sejarah Jakarta selama berabad-abad berhasil memaparkan suatu kontras. Ternyata sejak lama Jakarta hanya kota yang dibangun untuk memenuhi impian para penguasa, kaum aristrokrasi uang. Jakarta bukan miliki dan untuk kehidupan bersama.
Selama hampir 400 tahun, penguasa-penguasa Jakarta menginginkan kota ini menjadi semacam model kota harapan mereka sendiri. Belanda selama 1619-1949 berusaha menampilkan citra kota kolani kulit putih. Setelah Indonesia merdeka, Sukarno membangun Jakarta dengan monumen dan bangunan megah. Pemimpun besar rebolusi ini berharap Jakarta sebagai ibukota menjadi kebanggan nasional. Sementara pemerintah Orba membanjiri Jakarta dengan investasi asing demi mewujudkan mimpi kota pembangunan ekonomi.
Suan mengurai konsekuensi kebijakan-kebijakan para penguasa Jakarta terhadap kota dan penduduknya yang sebagian besar begitu miskin. Termasuk konflik dan kerjasama antara Gubernur Jakarta dengan Presiden. Aturan dan tindakan terobosan sebagai momentum kemajuan hanya priduk kebodohan yang membuat Jakarta sebagai momentum kemajuan atau hanya produk kebodohan yang membuat Jakarta dengan keragaman penghuninya itu sengsara? Tentu saja populasi Jakarta yang kompleks dan beranekaragam etnis pun diulas. Pertumbuhan kota yang relatif lambat telah membawa imigran Cina, Arab dan Eropa dan seluruh pulau di Indonesia yang kemudian berbaur dan membentuk bentuk kebudayaan yang unik. Keunikan ini pula yang kian kentara bersama arus urbanisasi dan komersialisasi. Jakarta tumbuh dengan kebudayaan metropulitan yang khas (kalau tidak dapat disebut aneh) di suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang didominasi pedesaan dan kemiskinan.
0000004356 | IND 959.598 2 Bla j | SMA Athalia (959.598 2) | Available |
No other version available