Buku SMA Athalia
Bunga Terakhir Indira
Kisah ini tentang Indira yang kehilangan ibunya, Hanin. Suara tamparan ayahnya, Habian, dan tangisan ibunya sebelum pergi membuat anak usia tujuh tahun itu hidup dalam trauma yang membekas.
“Jika cinta seorang ibu tak pernah mati, mengapa ibu pergi?”
Kepergian Hanin tidak hanya menyisakan kerinduan yang mendalam. Hal itu membuat Indira membangun benteng kokoh dengan menolak kasih sayang ayahnya Habian serta kehadiran ibu pengganti dan adik tirinya, Hana dan Syala.
Kini usianya genap tujuh belas tahun, tepat saat kabar bahagia Indira mendapatkan beasiswa ke Paris College Art sesuai dengan cita-citanya menjadi fotografer, namun saat itu pula ia mendapatkan diagnosis dokter menderita penyakit langka Anemia Aplastik. Penyakit yang menggerogoti sumsum tulang belakangnya. Meski langka, tetap bisa diobati, namun harapan hidupnya adalah menemukan donor Sumsum tulang belakang yang cocok dengan genetik, yaitu ibunya, Hanin.
Takdir menuntun Indira untuk tidak berdiam diri. Ia memulai perjalanan mencari Hanin, ibunya yang hilang, Dalam pencariannya, terungkap informasi kelam Hanin terseret dalam pusaran gelap dunia malam, jauh dari gambaran seorang ibu yang selama ini Indira bayangkan.
Indira tidak sendirian dalam pencariannya. Bersama Arju sang kekasih, Arta, dan Haga, ia menyusuri lorong demi lorong kehidupan malam Jakarta. Mereka bagai sinar harapan di tengah kegelapan kota, mengikuti jejak Hanin dengan tekad membara menemukan cinta seorang ibu yang hilang tanpa syarat, tanpa batas, dan tanpa akhir.
Akankan Indira berhasil bertemu dengan ibunya? Atau Takdir akan menentukan akhir yang berbeda.
“Bunga Lily itu kuat, meski hujan badai, dia tetap berdiri tegak. sama seperti Indira dan Ibu”
0000019142 | IND 813 Liu b | SMA Athalia (813 SMA) | Available |
No other version available